BJ HABIBIE : MUTIARA YANG DICAMPAKKAN INDONESIA


Ketika saya masih kecil, ada ungkapan yang sama dari setiap anak ketika ditanya oleh guru, ingin jadi apa nanti kalau sudah besar. Maka jawabannya pasti serempak "ingin seperti Pak Habibie, bisa bikin pesawat terbang".


Habibie diera 80-an adalah idola banyak anak dan remaja karena kecerdasannya, kecermelangan otaknya, dan ambisinya untuk pengembangan teknologi strategis, disaat Indonesia masih miskin, bodoh dan terbelakang, Habibie menjadi mutiara Indonesia. Saya masih ingat betul bagaimana berapi-apinya Habibie ketika dengan logat pelo bilang "high tech". Ambisinya membangun industri pesawat terbang misalnya, dan mendapat dukungan penuh di era Soeharto, pada akhirnya mampu membuat pesawat CN 235, akhirnya terkubur ketika pergantian kekuasaan yang sangat fantastik di Indonesia. Selain itu, kemampuan membangun industri strategis lain seperti PT PAL (berkonsentrasi pembuatan kapal laut baik untuk tujuan militer maupun komersial) dan PT Pindad, sebuah industri persenjataan Indonesia, - jangan heran jika senjata otomatis karya Pindad sangat digemari oleh negara-negara di timur tengah dan afrika- yang tentu saja Amerika ngamuk terhadap kemampuan itu sebab akan membuat industrinya nggak laku. Sumber : gambar dikutip Global TV, 5 April 2010


Kesalahan terbesar Habibie hanyalah karena terjun kedunia politik. Sebagai seorang teknokrat meskipun lebih dari 25 tahun menjadi anak kesayangan Soeharto, diakhir jabatannya, Habibie bermain api dengan menjadi seorang presiden pengganti Soeharto, akibat tekanan politik dalam negeri yang memaksa Soeharto lengser dari jabatannya. Ketika dunia politik masih berisi eforia demokratisasi, Habibie berkecimpung didunia yang sangat asing bagi dirinya. Maka dalam pengakuannya, Habibie sering dibujuki, tidak memahami siapa lawan siapa kawan, dan kubangan lumpur itulah yang pada akhirnya mampu menjerembabkan beliau dengan berakhir tragis. "ditolak pertanggung jawabannya oleh MPR". Hanya karena Habibie adalah kepanjangan tangan Soeharto.


Meskipun harus diakui karya besar Habibie selama lebih dari 500 hari memimpin bangsa kita adalah pertama, meredam gejolak rupiah disaat mampu menembus angka 18 ribu rupiah per dolar amerika akibat krisis moneter dan politik didalam negeri, di akhir jabatannya mampu memompa ke angka 6 ribu rupiah per dolar amerika. Kedua, melepaskan Timor Timur dari Indonesia. Karena wilayah itu akan selalu menjadi duri bagi Indonesia jika tidak lepas. Sejarah menunjukkan bahwa Timor Timur – sekarang Timor Leste – bukanlah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah itu, di agresi di era Soeharto dan dijadikan sebagai salah satu propinsi kita. Tentunya dengan dukungan Amerika Serikat, karena kepentingan amerika dan Indonesia waktu itu adalah membendung laju paham komunisme yang menguasai wilayah timor timur dibawah bendera partai Fretellin ( yang saat ini menjadi penguasa di Timor Leste) yang berafiliasi ke Komunis Uni Sovyet. Ketiga, mampu melaksanakan pemilu pertama, setelah tahun 1955, dengan multi partai, yang rumit bahkan sampai pemilu 2009 saja, kerumitannya masih belum dapat diatasi.


Sayangnya, mutiara itu dicampakkan, dibuang dan pada akhirnya diopeni orang lain. Industri kebanggaannya, PT Dirgantara Indonesia, yang dulu, berisi anak-anak cerdas, cemerlang, berotak berlian, sekarang tinggal kenangan. Hidup malas matipun tak mau. Orang-orang cerdas di PT DI sekarang diambil oleh perusahaan-perusahaan penerbangan asing seperti; air bus, boeing, atau negara-negara lain seperti amerika, Jerman, Turki dll.


Esensi pemikiran Habibie terletak pada peletakan fondasi terhadap pentingnya "high tech" bagi perkembangan sebuah negara. Tanpa menguasai teknologi, kita tidak akan mampu bersaing dengan negara-negara lain. Kesadaran inilah yang dimiliki India ditahun 80-an. Penguasaan teknologi tinggi benar-benar menjadi perhatian pemerintahan disana. Saat ini India, merupakan salah satu negara asia selain China yang memiliki kemampuan teknologi sangat luar biasa. Mampu membuat satelit dan meluncurkan sendiri, membuat rudal jelajah antar benua dengan hulu ledak nuklir, menjadi pesaing kuat Amerika didalam rekayasa piranti lunak didunia komputer. Kalau saja industri persenjataan dan penerbangan kita tidak dihambat oleh IMF dan penguasa kita sendiri, maka seharusnya saat ini kita telah mampu menciptakan banyak hal sehingga tidak tergantung impor dari amerika serikat. Bahkan ketika embargo persenjataan militer oleh Amerika akibat berbagai peristiwa di Timor Timur, kita seharusnya belajar untuk tidak pernah tergantung pada orang lain.


Menjadi keharusan bagi bangsa kita untuk memacu perkembangan teknologi terutama melalui dunia pendidikan. Karena harapan satu-satunya bagi kejayaan bangsa kita adalah penguasaan teknologi dengan dukungan penuh pemerintah yang berkuasa dan tentu saja masyarakat. Maka gagasan dari masyarakat IT seperti menjadikan Indonesia sebagai eksportir terbesar dunia dibidang rekayasa piranti lunak khususnya software edukasi haruslah mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Uji coba LAPAN membuat roket yang saat ini masih mencapai jangkauan 500 km merupakan upaya yang haruslah difasilitasi baik pembiayaannya maupun SDM-nya oleh pemerintah. Bidang-bidang Research and Development di setiap departemen yang saat ini timbul tenggelam, seharusnya menjadi bidang yang paling menentukan pertumbuhan departemen tersebut.. Disaat krisis listrik seperti saat ini, membangun teknologi Pembangkit listrik bertenaga nuklir saja, tentangannya sangat luar biasa. Karya anak-anak SMK yang membuat prototipe mobil nasional karya sendiri dan seterusnya dan seterusnya


Negeri kita kaya. Membiayai pengembangan high tech tidaklah terlalu sulit, jika ada kemauan yang kuat dari pemimpinnya. Ada visi yang kuat bagi bangsa ini kemana akan dibawa. Sayangnya, uang yang banyak. Negeri yang kaya. Uangnya terlalu banyak dimakan para koruptor (bahkan orang sekelas Gayus saja yang meminjam istilah Tesi Srimulat kalau melawak ketika berperan menjadi pembantu rumah tangga menyebut dirinya sebagai "jongos" didepartemennya mampu mengeruk uang negara puluhan milyar rupiah hanya dalam lima tahun bekerja, kita tidak bisa membayangkan betapa besarnya kekayaan para atasan yang menjadi Bos-bosnya Gayus) dan dihambur-hamburkan para politisi senayan, untuk sesuatu yang terkadang absurd dan tidak membawa hasil apa-apa.


Maka mutiara itu sudah tidak mampu bersinar lagi. Karena ia dicampakkan dan juga Ia sudah tua. Menjadi kakek-kakek dan tentu saja tidak sehebat dulu lagi. Meskipun semangatnya masih menyala-nyala, toh tetap saja ia sudah tua……………….. maka bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pendahulunya. Para pemikirnya. Para konseptornya. Kita rindu orang seperti Habibie yang dipuja dan diidolakan anak-anak, remaja dan orang tua karena kecerdasan, kecermelangan, kejujuran dan kereligiusannya…………..

1 comments:

Anonymous said...

www.munindo.brd.de

Post a Comment