Tari Soyong


Nah. lho..ada yang tahu tari soyong ?..kalau nggak nih tak kasih videonya. saat pentas pelepasan siswa kelas 9 SMPN 1 Kasembon

BANGSA ARAB (ARAB SAUDI) : MENJADI BANGSA/NEGARA PEMERAS BANGSA LAIN…?

Hari-hari ini bangsa Indonesia dikejutkan dengan tuntutan diyat (uang tebusan) dari keluarga majikan Satinah yang mencapai 21 milyar. Lebih terkejut lagi, pemerintah Indonesia menyanggupi pembayaran diyat tersebut. Ini bukan lagi diyat. Ini adalah pemerasan berkedok diyat. Pemerasan berkedok dalil aplikasi hokum Negara arab Saudi. Anehnya, kerajaan Arab Saudi sepertinya tuli. Membiarkan pemerasan terjadi.  Andai saja  Satinaah jadi dipancung karena tidak sanggup membayar diyat-pun tidak masalah. Sebab Negara Indonesia, juga menerapkan hukuman mati bagi pembunuh semacam itu.
Kasus pemerasan terhadap pembunuh mulai Darsem sampai Satinah yang bertopeng pada pembayaran diyat sangat lah melukai  perasaan orang Indonesia. Pertama karena pemerintah Indonesia sendiri saat ini kelihatan bodohnya. Kedua, di Indonesia saja, kasus pembunuhan semacam itu banyak terjadi. Banyak juga yang dihukum mati. Ketiga, adalah salah Negara mengirim TKI ke Negara Barbar.
Hari ini Pemerintah Indonesia kata Joko Suyono, Menteri Pertahanan dan Keamanan Indonesia bahwa diyat (denda) atas pembunuhan yang dilakukan Satinah di Arab Saudi akhirnya dibayar oleh Negara. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, 21 Milyar. Ini pemerasan. Bagi kebanyakan orang di Indonesia, menebus diyat pembunuh dengan bayaran yang luar biasa mahalnya adalah kebodohan dari pemerintah yang berkuasa sekarang. SBY seharusnya hanya perlu menjelaskan kepada keluarga Satinah dan Keluarga pembunuh lainnya yang terancam hukuman mati di Arab Saudi dan Negara lain, bahwa konseksuensi hokum dari perilaku harus ditanggung oleh yang bersangkutan bukan oleh Negara. Negara hanya memiliki kewajiban melakukan pendampingan terhadap rakyatnya yang mengalami masalah hokum dinegara lain. Sementara kerajaan Saudi Arabia menjadi cukong bagi pemerasan ini. Sebuah angka pemerasan yang akan terus meningkat, jika pemerintah Indonesia memanjakan rakyat Arab Saudi memeras kita. Nah, sekarang, ternyata kita masih terlalu mudah dikibuli oleh orang Arab Saudi…..

Atau kah ini mencari simpati public menjelang pemilu 9 april nanti ?. percayalah bahwa rakyat membenci cara Negara menangani kasus Satinah…………..

Google translate : Indonesia - Arab

العرب (المملكة العربية السعودية): أمة / دولة أخرى تابعة للأمم الابتزاز ...؟


في هذه الأيام صدمت الأمة الإندونيسية من قبل الدية المطالب ( فدية ) من أسرة صاحب العمل Satinah التي وصلت إلى 21 مليار . أكثر بالدهشة، تتعهد الحكومة الإندونيسية دفع الدية . لم يعد السعديات . فمن الابتزاز تحت ستار السعديات . الابتزاز تحت ستار حجة تطبيق دولة القانون السعودي . من المستغرب، المملكة العربية السعودية بدا الصم . دعونا حالة الابتزاز. إذا أن المفروم فقط Satinaah حالا إذا لم يتمكنوا من دفع الدية ليست مشكلة. لأن دولة إندونيسيا ، وأيضا عقوبة الإعدام على القتلة من هذا القبيل.
حالة الابتزاز ضد قاتل بدء ملثمين Darsem Satinah حتى تم دفع الدية مشاعر الأذى جدا الشعب الإندونيسي . أولا لأن الحكومة الإندونيسية نفسها تبدو الآن غبية. الثانية ، في إندونيسيا وحدها ، وقعت العديد من عمليات القتل هذه الحالات. تم وضع العديد أيضا إلى الموت. الثالثة ، هي واحدة من دولة لإرسال العمال إلى البربرية الدولة.
وقال اليوم ان الحكومة الاندونيسية جوكو سويونو ، وزير الدفاع الاندونيسي السعديات ( الغرامات ) ل ارتكابه جريمة قتل Satinah في المملكة العربية السعودية دفعت في نهاية المطاف من قبل الدولة . الأرقام ليست نصف القلب، 21 مليار . انها الابتزاز. بالنسبة لمعظم الناس في إندونيسيا ، تخليص السعديات قاتل المدفوعة الرائع هو التكلفة العالية لل جهل الحكومة التي في السلطة الآن . SBY يجب أن يكون فقط لشرح لأسرة و عائلة القاتل Satinah الأخرى التي تواجه عقوبة الإعدام في المملكة العربية السعودية وغيرها من البلدان ، أن النتيجة القانونية ل سلوك يجب أن تتحملها المعنية وليس من قبل الدولة. الدولة واجب توفير التوجيه لل أشخاص الذين لديهم مشاكل قانونية في بلدان أخرى فقط. في حين أن المملكة العربية السعودية ل يصبح بارونات الابتزاز. يظل أرقام الضغط في الارتفاع، و اذا كانت الحكومة الاندونيسية شعب المملكة العربية السعودية الضغط إفساد لنا. حسنا، الآن، اتضح نحن لا يزال من السهل جدا لخداع من قبل المملكة العربية السعودية .....
أو أنها لا تسعى التعاطف الشعبي قبل انتخابات 9 أبريل في وقت لاحق ؟ أعتقد أن الناس يكرهون الطريقة التي يعالج الحالات Satinah الدولة

LANGKAH – LANGKAH EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE : MENGHENTIKAN KECANDUAN ROKOK

(Disarikan dari video tutorial Hipno Emotional Freedom Technique - Adi W. Gunawan)
 TAHAP 1  : PERSIAPAN
-          Klien diminta minum air putih satu gelas
-          Pertanyaan pada klien (membangun hubungan dan perencanaan tujuan konseling) :
       a. Intensitas ketergantungan klien pada rokok, kecanduan pada rokok  : rentang 0 – 10
       b. sudah berapa lama mengalami masalah dengan ketagihan rokok ?
        c. bagaimana kualitas hidup anda sejak ketagihan rokok ?
        d.  apakah anda benar-benar ingin melepaskan diri dari ketergantungan/kecanduan rokok ?
       e. Jika EFT berhasil menghilangkan ketergantungan atau kecanduan rokok, bagaimana kualitas hidup anda dimasa depan ?
      f. hal-hal positif apa yang dapat anda rasakan, anda alami apabila ketergantungan pada rokok ini bisa hilang ?
         g. siapa saja yang dapat memetik manfaat dari hilangnya ketergantungan atau kecanduan rokok ini ?
(kalau digunakan untuk self terapy maka pertanyaan itu dapat diajukan pada diri sendiri dan dijawab. ini menjadi kunci masuk 

 TAHAP 2 : THE SETUP
-          Menemukan sore spot : pegang bahu 45 derajat. Tarik tangan sesuai sudut. Tekan pada titik
yang ada. Biasanya terasa sakit. (dalam pelaksanaan konseling, konselor tidak diperkenankan memegang tubuh klien… hanya memberikan perintah saja)

Membuat dan mengucapkan kalimat afirmasi  sambil mengurut titik sorespot (posisi sorespot diatas putting susu) :
Meskipun saya ketagihan pada rokok dan segala sesuatu yang berhubungan dengan rokok, saya menerima dan menghargai diri saya seutuhnya dan memutuskan untuk melepaskan semua emosi negative yang berhubungan dengan ketagihan rokok. Sekarang dan sekaligus demi kebaikan dan kemajuan hidup saya… (lakukan sebanyak 3 kali)
Lepaskan tangan kebawah dan tarik nafas panjang 3 kali.
Ceck intensitas emosinya…..

Ø  TAHAP 3 : THE SEQUENCE (TAPPING PADA TITIK TERTENTU)
-          Dimulai dari mengetuk pangkal alis. Pilih salah satu kiri atau kanan. Ketuk 5 – 7 kali.
-          Kemudian berpindah kesamping mata. Ketuk 5 – 7 kali
-          Kemudian dibawah mata diketuk 5 – 7 kali
-          Ketuk dibawah hidup 5 – 7 kali
-          Ketuk di dagu 5 – 7 kali
-          Ketuk ditulang 2,5 cm pada tulang dada atas 5 – 7 kali
-          Ketuk disamping tubuh. Untuk pria sejajar dengan putting susu. Gunakan 4 jari. Untuk wanita letaknya ditengah-tengah tali bra disamping tubuh. Kiri atau kanan sama saja 5 – 7 kali ketukan.
-          Dilanjutkan dengan mengetuk jari dimulai dari ibu jari, telunjuk, jari tengah dan kelingking
-          Ketuk titik samping bawah telapak tangan
Tahap ini masalahnya/emosi/gangguan dapat diungkapkan atau hanya dibatin saja

Ø  TAHAP 4 : 9 GAMMUT PROCEDURE
-          Mengetuk titik gamut. Titik gamut berada dijari manis kebawah. Diketuk 5 – 7 kali tanpa berbicara apapun
-          Sambil mengetuk titik gamut. Mata melihat kedepan. Kepala tidak boleh bergerak. Gerakan pertama adalah menutup mata dengan keras. Gerakan kedua adalah membuka mata dengan melotot. Ketiga adalah melirih kanan bawah dengan keras. Keempat melirik kiri bawah. Kelima putar mata searah jarum jam. Keenam putar mata berlawanan dengan jarum jam. Ketujuh lihat kedepan dan bergumam “happybird day”. Hitung dengan keras 1 2 3 4 5
-           

Ø  TAHAP 5 : MENGULANG TAHAP 3

SBY MANTU - SEKOLAH LIBUR ?

Adalah sesuatu yang berlebihan ketika seorang Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono ngunduh mantu, sekolah disekitar tempat berlangsungnya acara akad nikah, Istana Cipanas, diliburkan. berlebihan karena, lembaga pendidikan di Indonesia tidak mengenal libur khusus semacam itu. bahkan, pengalaman saya sebagai seorang guru, ketika ada teman guru yang meninggal dunia karena kecelakaan, sekolah saja tidak libur. apalagi yang nggak ada kepentingannya sama sekolah dengan dunia pendidikan. apapun alasannya, nggak ada hubungannya antara sekolah dan pernikahan Ibas - Allya.


saya kira gagasan meliburkan sekolah ini bukan dari pak SBY, justru mungkin dari dinas pendidikan setempat maupun kepala sekolah, entah dengan motif apa.....?




Nazarudin Case: GOOGDBYE Anas Urbaningrum , GOODBYE DEMOCRAT PARTY!

 
When the 2009 elections ago, I was even giddy with existing political parties, as most political parties is rotten, evil and a liar, yet still, like most people of Indonesia, had to choose among many political parties that exist at the time. Especially as PPS (Voting Committee) in the village, I was obviously impossible to "vote".

So behind the bustle and clutter of the 2009 election (read my article about the complexity of the elections and the 2009 election in East Java), I am as a person must choose. Various political campaigns on television I follow. I am also looking for candidates didapil least I know my track record. So there are two candidates that I remember for a legislative candidate from district Parliament (Constituency) 6 East Java that tickles my heart; there Anas Urbaningrum of the Democratic Party and there Pramono Anung of PDIP (to this day I still sympathize with Pramono Anung). Anas, my knowledge is the first member of the Commission who did not come to jail because of corruption body the Commission in 2004 and long I know it when I was in college in Surabaya, when Anas still be chairman of HMI. Pramono Anung, the more I know on TV when accompanying Megawati in the PDIP. Pramono Anung and Anas Urbaningrum for me is the figure of a loyal, polite in speaking and mature. For me no matter what the background of his political party.
Because in the election,  this time I can select people.

Both became interesting for me because they were both still young, and has the potential to become future leaders of the two major parties. If yet I finally chose Anas Urbaningrum because the Democratic party's campaign carries the assertive anti-corruption in this country (yells that I still remember is SAY NO TO CORRUPTION). Craze and the corruption that has been pervasive in the joints and the nation. Corruption that I feel every day of my work environment, tribute to the people of Education district office when I received the allowance when filing the certification of teachers and the disbursement of allowances, corruption and extortion that I felt when the streets the police to be street thugs. Although I know, the promise of political parties are mostly junk, at least this is my rationale why I ultimately chose Anas Urbaningrum than Pramono Anung from PDIP.

And my choice is not alone, in my village, Anas Urbaningrum of the Democrat gets the most votes followed by Pramono Anung of PDIP and Vena  Malinda   of the Democrats. I've forgotten how many votes Anas because my computer's hard disk that contains the data of the 2009 election has been damaged. As I recall about 3000 (three thousand) people choose Anas Urbaningrum of about 6900 voters.

And when Democrats in Congress in 2010 entrusted the leadership of the Anas Urbaningrum, then I think this is the future leaders. I think this is a replacement candidate for president SBY. My assumption was wrong. when the storm menghujam Democrat and finish my trust in this party-induced Nazarudin, I came to the conclusion, all the same political party, given garbage on people.


Nazarudin CASE REMOVING MY TRUST IN DEMOCRAT

Initially when Mahfud MD, chairman of the Constitutional Court to report to Mr. Beye about the behavior of attempts to bribe Nazarudin general secretary of the Constitutional Court, I found out that the Democratic party that there are people named Nazarudin; are young, wealthy, owner of several companies, has a beautiful wife, stately homes and has a strategic position in the party that I choose is as treasurer of the Democratic party. And when Nazarudin go to Singapore for medical treatment, and most others I know that the mode of illness and medical treatment abroad is the most powerful way for the corrupt to escape from arrest by KPK and the police. Sure enough, Nazarudin blurred and began to open ulcers himself and his friends through the tv and other social media from his hiding place. In the end I hear when Nazarudin caught, dozens of corruption cases ready to imprison him in a long time.

Nazarudin case this is the starting point where I no longer believe in the party that I selected and included in Anas Urbaningrum, people I admire and I have chosen in the 2009 election. Initially when Nazarudin on the run accused his party of friends as a thief, I like many others, regard as rubbish, take it as the ravings of a frantic and confused just because police hunted and KPK (I prefer to call as a paranoid delirium).

But anything as stupid as I am, finally succumbed to the fact that there can be a treasurer to work alone, stealing all alone, enjoying the loot alone. No way. The simplest logic minds I was always under the control of the organization's chairman. Any treasurer of the organization was chairman of the right hand to raise funds, manage funds for the survival of the organization. That is, there is no fund-raising activities by the organization's treasurer who is not known by its chairman. So, if Nazarudin robbing state funds to the value of trillions of rupiah, either to the needs of the party and of course to enrich himself, then ideally Anas Urbaningrum as chairman of the Democratic party knew the ins and outs of funding sources from Nazarudin. Anas know if Nazarudin actually a thief, much longer than the KPK and the people most like me. If Anas do not know, it does not deserve a Anas Urbaningrum, became chairman of the big party. Because it's too stupid to fool his men.

If morality be the reference every politician, should have been declared backward Anas Urbaningrum well as members of Parliament and as chairman of the Democratic Party's General. As a form of moral responsibility for the embarrassing incident at the party that worships honesty and anti-corruption. Not about whether or not legally involved. in this time, who does believe in the law in Indonesia ?............ For the law itself can be lied. It's just such a tradition is not uncommon among our politicians. The tradition of moral responsibility has not (not) known in Indonesia's political system. Most of them use every effort to take refuge behind the rule of law in Indonesia. While the law in Indonesia is still as easy perverted.

Syafii Ma'arif True also said that most leaders in our country have been broken joint venture between the heart and speech. When Nazarudin fled to Singapore, people who come to persuade the Democrats to say that Nazarudin Nazarudin ill and lost weight 18 kg. in fact, when seized, Nazarudin physically fit but it is very likely mentally ill and it's only fair. Such a lie that makes me no longer comfortable with my choice in the democrat party. Although in the speeches of Mr. Yudhoyono as the Democratic adviser, always revealing about the eradication of corruption, yet it was regarded then by those who own party. And tragically, I believe, Anas Urbaningrum know very well that the vortex decay ...
Unfortunately, the contract has been made for 5 years when I chose mencontreng Anas Urbaningrum in 2009. like it or not they are the people I pick. I can not sue people like Anas more than just writing this. At least now I can say goodbye Anas Urbaningrum, Goodbye Democrats ... ... ... ... ... ... !!!!!!


 Nazarudin Psychological : FEAR AND LIES

Before Nazarudin captured by Colombian police, Nazarudin like young age of 30; loud, confident, daring to drag her friends who come to enjoy the fruits of corruption seemed never afraid of anything as a consequence of his behavior. Despite efforts to reveal the rottenness of the Democratic party and many politicians in Senayan he did no more than a form of "defance mecanisme" (defense mechanism) due to psychological fear or anxiety about the problems it faces. Defance mechanisme is a psychological reaction if someone feels threatened both psychologically and physically existence itself. Anything will do if someone threatened him. Lying, blaming others for the case that happened to him, when should sink, then it will be done by not alone. The properties of such defense mechanisms: first, always refused, forge or interfere with the second fact, work with do not realize that the person did not realize what was happening to him. While the forms of self-defense mechanism that is; suppression (repression), projection, reaction formation, fixation and regression, isolation, introjection, turning on ourselves, justification (rationalization, kausalisasi, trankulpasi) (explanation of the forms of defense mechanisms can be read in the book of : Sumadi Suryabrata, Personality Psychology, Jakarta; p. 1988. 167-172).

So if getting out of psychoanalytic understanding of the actual change in attitude during the flight, during arrested in Colombia until it is brought to Jakarta that occurred in Nazarudin can be explained using the theories of Freud Sigmound. Changes in the attitude of outspoken, attacking here and there, making the rationalization of the arguments of his corrupt behavior while still a fugitive (it can be seen from an interview with journalist Iwan Piliang Nazarudin hiding place). Then a shock, helpless when his pride was stripped naked by the Colombian police when arrested, handcuffed and peak at a press conference in which the Colombian police Nazarudin shown to the TV media with a worn face, head down, handcuffed like a criminal (KPK supposed to catch criminals while also treating them like Colombian police Nazarudin treated because it will have very drastic effects for the dignity of nakedness as a corrupt moral condemnation, not as now, criminals if caught wet KPK ashamed open it instead becomes an impromptu celebrity rationalizing them as innocent at all). Check the last time early in the Commission, admitted Nazarudin forget everything. There are attempts to deny the reality of psychological Nazarudin due irrational fears they experienced.

I think the Commission is not easy to lied by people like Nazarudin. Mental changes is actually very easy to recognize for the therapists and counselors. There are several techniques such as use of psychotherapeutic techniques of psychoanalysis with a "free association" and "dream interpretation techniques" analytic psychology of Carl Gustav Jung. This technique is believed to be able to reveal the true state of Nazarudin. Free association is a method of recalling past experiences and release the emotions associated with traumatic situations in the past known as catharsis. The technique of free association conducted with the therapist asks the client to clear his mind of thoughts and musings of daily and as much as what I might say that came to mind, however painful, stupid, trivial and irrelevant sounds .. During the process of free association takes place, the task of the therapist is to identify materials that are repressed and kept in the unconscious nature (read: Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, p. 1988. 41).

Thus, the Commission will be able to uncover a web of corruption Nazarudin further, whether he was alone or corruption corruption in congregation ... ... .. no longer fixated on the phrase Nazarudin "I forget everything ... ..!!!!".

ANAS AKHIRNYA DITAHAN JUGA

10/01/2014 Pukul 20.40 WIB

Malam ini (Jum'at, 10 Januari 2014) akhirnya Anas Urbaningrum, ditahan juga oleh KPK. Sebelumnya sejak kasus Demokrat mencuat dengan perburuan Nazarudin, Anas setali tiga uang dengan Nazarudin (baca tulisan saya dibawah).
                           Foto : Anas Urbaningrum saat mengenakan tahanan KPK (Gimana kalau pakaian itu dipakai saat mau gantung diri di MONAS, sesuai janjinya....?????)


KASUS NAZARUDIN : SELAMAT TINGGAL ANAS URBANINGRUM, SELAMAT TINGGAL PARTAI DEMOKRAT !




Kediri (19/08/2011) : Ketika pemilu 2009 lalu, saya meski gamang dengan partai politik yang ada, karena kebanyakan partai politik itu busuk, jahat dan pembohong, toh tetap saja seperti kebanyakan rakyat Indonesia, harus memilih diantara banyak partai politik yang ada waktu itu. Terlebih sebagai PPS (Panitia Pemungutan Suara) di desa, saya jelas tidak mungkin untuk "golput".

Maka dibalik kesibukan dan keruwetan pemilu 2009 (baca artikel saya tentang keruwetan pilkada dan pemilu 2009 di jawa timur), saya sebagai pribadi harus memilih. Berbagai kampanye politik lewat televisi saya ikuti. Saya juga mencari-cari caleg didapil saya yang minimal saya ketahui track recordnya. Maka ada dua kandidat yang saya ingat untuk Caleg DPR RI dari Dapil (Daerah Pemilihan) 6 Jawa Timur yang menggelitik hati saya ; ada Anas Urbaningrum dari Partai Demokrat dan ada Pramono Anung dari PDIP (Saya sampai hari ini masih menaruh simpati pada Pramono Anung). Anas setahu saya dulu adalah anggota KPU yang tidak ikut masuk bui akibat korupsi ditubuh KPU tahun 2004 dan lama saya mengetahuinya ketika masih kuliah di Surabaya, ketika Anas masih menjadi ketua HMI. Pramono Anung, lebih banyak saya ketahui lewat televisi saat mendampingi Megawati di PDIP. Pramono anung dan Anas Urbaningrum bagi saya adalah sosok yang setia, santun dalam berbicara dan matang. Bagi saya tidak penting apa latar belakang partai politiknya. Karena dipemilu kali ini saya dapat memilih orang.

Keduanya menjadi menarik saya karena mereka sama-sama masih muda, dan memiliki potensi untuk menjadi pemimpin masa depan dari dua partai besar. Kalau toh akhirnya saya memilih Anas Urbaningrum karena kampanye partai Demokrat yang tegas mengusung anti korupsi dinegeri ini (yel-yel yang masih saya ingat adalah KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI). Korupsi yang telah menggila dan merasuk dalam sendi-sendi bernegara dan berbangsa. Korupsi yang saya rasakan setiap hari dilingkungan kerja saya, upeti ke orang-orang dinas Pendidikan kabupaten saat saya menerima tunjangan sertifikasi guru maupun saat pengajuan pencairan tunjangan tersebut, korupsi dan pungli yang saya rasakan ketika dijalan para polisi menjadi preman jalanan. Meski saya tahu, janji partai politik kebanyakan adalah sampah, minimal inilah rasionalisasi saya kenapa saya pada akhirnya memilih Anas Urbaningrum ketimbang Pramono Anung dari PDIP.


Dan pilihan saya tidaklah sendirian, di desa saya, Anas Urbaningrum dari Demokrat memperoleh suara terbanyak disusul Pramono Anung dari PDIP dan Vena Malinda dari Demokrat. Saya sudah lupa berapa perolehan suara Anas karena hard disk komputer saya yang berisi data pemilu 2009 telah rusak. Seingat saya kurang lebih 3000 (tiga ribu) orang memilih Anas Urbaningrum dari sekitar 6.900 pemilih.


Dan ketika partai demokrat dalam konggres tahun 2010 mempercayakan kepemimpinan pada Anas Urbaningrum, maka saya pikir inilah calon pemimpin masa depan. Saya pikir inilah calon presiden pengganti SBY. Asumsi saya salah. ketika badai partai Demokrat menghujam dan menghabisi kepercayaan saya pada partai ini akibat ulah Nazarudin, saya sampai pada kesimpulan, semua partai politik sama saja, memberi sampah pada rakyatnya.


KASUS NAZARUDIN MENGHILANGKAN KEPERCAYAAN SAYA PADA DEMOKRAT


Awalnya ketika Mahfud MD, ketua Mahkamah Konstitusi melaporkan ke pak BeYe tentang perilaku upaya suap Nazarudin ke sekjen MK, saya baru tahu kalau di partai Demokrat itu ada orang yang bernama Nazarudin; masih muda, kaya raya, pemilik beberapa perusahaan, memiliki isteri yang cantik, rumah yang megah dan memiliki jabatan strategis di partai yang saya pilih yaitu sebagai bendahara partai Demokrat. Dan ketika nazarudin pergi ke Singapura untuk berobat, saya dan kebanyakan orang lain tahu bahwa modus sakit dan berobat keluar negeri adalah cara paling ampuh bagi para koruptor untuk melarikan diri dari penangkapan KPK maupun kepolisian. Benar juga, Nazarudin kabur dan mulai membuka borok dirinya sendiri dan teman-temannya melalui tv dan media sosial lainnya dari tempat persembunyiannya. Pada akhirnya saya dengar ketika Nazarudin ketangkap, puluhan kasus korupsi siap untuk memenjarakannya dalam waktu yang lama.


Kasus Nazarudin ini adalah titik awal dimana saya tidak lagi percaya pada partai yang saya pilih dan termasuk pada Anas Urbaningrum, orang yang saya kagumi dan saya pilih dalam pemilu 2009. Awalnya ketika Nazarudin dalam pelarian menuduh teman-teman partainya sebagai maling, saya seperti kebanyakan orang lain, menganggap sebagai sampah, menganggapnya sebagai ocehan orang yang kalut dan kebingungan saja karena diburu polisi dan KPK (saya lebih suka menyebut sebagai igauan paranoid).


Tetapi sebodoh apapun saya, akhirnya takluk pada kenyataan bahwa tidak mungkin seorang bendahara bekerja sendirian, mencuri sendirian, menikmati hasil curiannya sendirian. Tidak mungkin. Logika paling sederhana dibenak saya adalah organisasi selalu dibawah kendali ketua. Bendahara apapun dalam organisasi hanyalah tangan kanan ketua untuk menghimpun dana, mengelola dana demi kelangsungan hidup organisasi tersebut. Artinya, tidak ada kegiatan penghimpunan dana organisasi oleh bendahara yang tidak diketahui oleh ketuanya. Jadi, kalau Nazarudin merampok uang negara dengan nilai trilyunan rupiah, entah untuk kebutuhan partai dan tentu untuk memperkaya dirinya sendiri, maka idealnya Anas Urbaningrum sebagai ketua partai Demokrat tahu betul seluk beluk sumber dana dari Nazarudin. Anas tahu kalau Nazarudin sesungguhnya adalah maling, lebih lama ketimbang KPK maupun rakyat kebanyakan seperti saya. Kalau Anas tidak tahu, maka tak layak seorang Anas Urbaningrum, menjadi ketua Partai besar itu. Karena terlalu bodoh untuk dikibuli anak buahnya.


Seandainya moral menjadi acuan setiap politisi, seharusnya Anas Urbaningrum sudah menyatakan mundur baik sebagai anggota DPR maupun sebagai ketua Umum Partai Demokrat. Sebagai bentuk tanggung jawab moral atas kejadian yang memalukan di partai yang memuja kejujuran dan anti korupsi. Bukan soal apakah secara hukum terlibat atau tidak. Hari gini, siapa sih yang percaya pada hukum di Indonesia ?............Sebab hukum itu sendiri dapat dikadali. Hanya saja, tradisi semacam ini tidaklah lazim dikalangan politisi kita. Tradisi tanggung jawab moral belum (tidak) dikenal dalam sistem perpolitikan Indonesia. Kebanyakan mereka menggunakan segala upaya untuk berlindung dibalik penegakan hukum di Indonesia. Sedangkan hukum di Indonesia masihlah seperti mudah diputar balikkan.


Benar juga kata Syafii Ma'arif bahwa dinegeri kita kebanyakan pemimpin telah pecah kongsi antara hati dan ucapan. Ketika Nazarudin melarikan diri ke Singapura, orang-orang Demokrat yang datang membujuk Nazarudin mengatakan kalau Nazarudin sakit dan berat badannya turun 18 kg. nyatanya ketika ketangkap, Nazarudin sehat secara fisik tapi sangat mungkin sakit secara kejiwaan saja dan itu wajar. Kebohongan semacam inilah yang membuat saya tak lagi nyaman dengan pilihan saya pada partai demokrat. Meskipun dalam pidato-pidato pak SBY sebagai pembina partai Demokrat, selalu mengungkapkan tentang pemberantasan korupsi, toh itu dianggap lalu oleh orang-orang partainya sendiri. Dan tragisnya, saya yakin, Anas Urbaningrum tahu betul pusaran kebusukan itu….


Sayangnya, kontrak telah dibuat untuk 5 tahun saat saya memilih mencontreng Anas Urbaningrum ditahun 2009. suka tidak suka mereka adalah orang yang saya pilih sendiri. Saya tidak dapat menuntut orang seperti Anas lebih dari sekedar tulisan ini. Paling tidak sekarang saya dapat mengatakan selamat tinggal Anas Urbaningrum, Selamat tinggal Partai Demokrat………………!!!!!!


KEJIWAAN NAZARUDIN : KETAKUTAN DAN KEBOHONGAN


Sebelum Nazarudin tertangkap oleh polisi Kolombia, Nazarudin layaknya anak muda usia 30-an; lantang, penuh percaya diri, berani menyeret teman-temannya yang ikut menikmati hasil korupsinya seolah tak pernah takut terhadap apapun sebagai konsekuensi dari perilakunya. Meskipun upaya mengungkap berbagai kebusukan partai Demokrat dan kalangan politisi di senayan ia lakukan tak lebih sebagai bentuk "defance mecanisme" (mekanisme pertahanan diri) psikologis akibat ketakutan atau kecemasan terhadap persoalan yang dihadapinya. Defance mechanisme merupakan reaksi psikologis jika seseorang merasa terancam baik secara psikologis maupun secara fisik eksistensi dirinya. Apapun akan dilakukan seseorang jika terancam dirinya. Berbohong, menyalahkan orang lain atas kasus yang terjadi pada dirinya, bila harus tenggelam, maka itu akan dilakukan dengan tidak sendirian. Sifat-sifat mekanisme pertahanan diantaranya; pertama, Selalu menolak, memalsukan atau mengganggu kenyataan kedua, Bekerja dengan tidak disadari sehingga orang yang bersangkutan tak menyadari apa yang sedang terjadi pada dirinya. Sedangkan bentuk dari mekanisme pertahanan diri yaitu ; penekanan (represi), proyeksi, pembentukan reaksi, fiksasi dan regresi, isolasi, introyeksi, membalik pada diri sendiri, justifikasi (rasionalisasi, kausalisasi, trankulpasi) ( penjelasan tentang bentuk-bentuk mekanisme pertahanan dapat dibaca dibuku: Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, Jakarta; 1988 hal. 167-172).


Maka jika beranjak dari pemahaman psikoanalisa sebenarnya perubahan sikap selama pelarian, selama tertangkap di Kolombia sampai dibawa ke Jakarta yang terjadi pada Nazarudin dapat dijelaskan dengan menggunakan teorinya Sigmound Freud tersebut. Perubahan sikap dari lantang, menyerang kesana kemari, membuat rasionalisasi atas argumen-argumen dari perilaku korup-nya saat masih buronan (hal itu dapat dilihat dari wawancara Nazarudin dengan Jurnalis Iwan Piliang ditempat persembunyiannya). Kemudian menjadi shock, tak berdaya ketika ditelanjangi harga dirinya oleh kepolisian Kolombia saat ditangkap, diborgol dan puncaknya saat konferensi pers kepolisian Kolombia dimana Nazarudin ditunjukkan ke media TV dengan wajah lusuh, menunduk, terborgol layaknya kriminal lainnya (seharusnya KPK saat menangkap koruptor juga memperlakukan mereka seperti Nazarudin diperlakukan kepolisian Kolombia karena akan memiliki dampak sangat drastis bagi penelanjangan harga diri seseorang sebagai hukuman moral seorang koruptor, jangan seperti sekarang,koruptor kalau ketangkap basah KPK bukanya malu malah menjadi selebriti dadakan yang membuat rasionalisasi seolah mereka tak bersalah sama sekali). Terakhir saat awal di periksa KPK, Nazarudin mengaku lupa semuanya. Ada upaya psikologis Nazarudin untuk mengingkari kenyataan akibat ketakutan-ketakutan irasional yang dialaminya.



Saya kira KPK tidaklah mudah dikelabuhi oleh orang seperti Nazarudin. Perubahan kejiwaan ini sebenarnya sangat mudah dikenali bagi para terapis maupun konselor. Ada beberapa teknik seperti penggunaan teknik psikoterapi psikoanalisa dengan "asosiasi bebas" dan "teknik interpretasi mimpi" psikologi analitik Carl Gustav Jung. Teknik ini diyakini akan mampu mengungkapkan keadaan Nazarudin yang sesungguhnya. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lampau yang dikenal dengan sebutan katarsis. Teknik asosiasi bebas dilakukan terapis dengan meminta klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan apa saya yang melintas dalam pikirannya, betapapun menyakitkan, tolol, remeh dan tidak relevan kedengarannya.. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas terapis adalah mengenali bahan-bahan yang direpresi dan dikurung di dalam alam ketaksadaran (baca : Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, 1988 hal. 41).

Dengan demikian, KPK akan dapat mengungkap lebih jauh jaringan korupsi Nazarudin, apakah ia korupsi sendirian atau korupsi berjamaah……..tak lagi terpaku pada ungkapan Nazarudin "Saya lupa semuanya…..!!!!".









KETIKA KEJUJURAN MENJADI KEMEWAHAN DIDUNIA PENDIDIKAN


Kejujuran masih merupakan kemewahan didunia pendidikan. Sebagai seorang guru lebih dari 15 tahun, saya tahu betul, bahwa kejujuran selalu berbenturan dengan tembok raksasa. Tembok itu justru kebanyakan berasal dari para Kepala Sekolah, kepala Dinas Pendidikan , pengawas pendidikan, guru-guru dan paling tragis adalah dari orang tua siswa. Kasus keluarga Siami yang melaporkan model sindikat kebohongan yang lazim dilakukan sekolah-sekolah saat ujian nasional, justru mendapat perlakukan tidak manusiawi, tragisnya dari orang tua siswa lain. Gerakan bawah tanah disekolah-sekolah baik swasta maupun negeri ketika menghadapi ujian nasional ya seperti yang dikeluhkan oleh Alif, siswa SD Gedel Surabaya. Adalah Ibu Siami yang melaporkan sebuah SD Negeri di Surabaya karena telah mendorong contek missal saat ujian nasional tingkat Sekolah Dasar. Tragisnya, Siami, yang merupakan wali siswa dari anak yang disuruh oleh guru dan kepala sekolah untuk berbuat curang tersebut, malah mendapat perlakuan yang sangat memilukan justru dari para wali siswa lainnya. Sampai sampai malah hendak dihakimi sendiri.

Meskipun tidak semua guru brengsek dan busuk, ada sebagian guru yang melakukan itu entah karena kepentingan karirnya, mencari selamat dari kemarahan kepala dinas jika anak didiknya tidak lulus. Dan itu sudah lazim disemua strata sekolah, dan yang paling parah biasanya pada sekolah-sekolah yang masih menumbuh kembangkan dirinya, sekolah yang sangat takut kehilangan harga dirinya hanya karena ada siswa tidak lulus. Bukan soal apakah kelulusan diperoleh melalui jalan yang benar atau kotor dan busuk. Persoalan mendasar adalah, birokrasi kita dibangun dari para birokrat korups dan kotor. Reformasi hanya mampu menyebarkan kebusukan dan kekotoran para birokrat kita pada semua level dari pusat sampai daerah.

Sebenarnya mengajarkan dan melatihkan kejujuran pada siswa sangatlah mudah. Yang paling sederhana buat saja tata tertib sekolah dimana kebohongan tidak dapat ditoleransi, maka yakinlah bahwa kejujuran akan tumbuh dilingkungan siswa. Ini pengalaman saya ketika membuat tata tertib siswa, pelanggaran-pelanggaran lain diskor dengan nilai tidak terlalu tinggi, tetapi ketika anak berbohong, menyontek, mencuri, memalsukan tanda tangan orang tua, guru dll, saya beri skor penilaian yang tinggi, sehingga hanya dengan sekali menyontek maka nilai perilaku siswa menjadi K dan bisa berakibat tidak naik kelas. Didalam proses belajar mengajar, kejujuran seharusnya menjadi ukuran penilaian sikap. Ini penting disaat bangsa ini sedang sakit dan yang lebih parah, justru para pemimpin kita lebih sakit jiwanya dari pada rakyatnya. Lihatlah kasus Nunun, bagaimana seorang Adang Dorojatun, tanpa rasa bersalah, membela mati-matian istrinya yang korup. Padahal Adang adalah mantan Wakapolri. Bagaimana para koruptor tidak merasa malu sama sekali dan selalu mencari rasionalisasi agar rakyat percaya akal busuknya. Kearifan lokal bawaan nenek moyang seperti nilai-nilai kejujuran telah terpinggirkan dan menjadi sesuatu yang aneh di era sekarang ini.

Kalau anda yang saat ini masih kuliah di perguruan tinggi keguruan dan ingin sekali menjadi guru yang idealis, saya sarankan, jangan menjadi guru karena tidak ada tempat bagi idealisme disini. Sekali anda terjebak dikubangan penuh lumpur, percayalah anda tidak akan pernah bisa keluar. Karena anda akan diajarkan banyak kebohongan dan kepalsuan didalamnya. Kalau anda guru biasa dan tidak pernah menjabat apapun di manajemen sekolah, maka paling kecil adalah anda akan "dipaksa" untuk memberi nilai pelajaran diluar kemampuan anak. Terlebih jika anda adalah bagian dari manajemen sekolah dan menjadi orang penting disekolah, maka anda akan tahu betul wajah bopeng dunia pendidikan kita.

Dunia pendidikan sedang dalam kondisi terkapar dan hampir mati rasa. Inilah potret paling nyata dunia pendidikan kita. Gagasan dasar dunia pendidikan untuk membangun karakter manusia yang mulia melalui sekolah seringkali berhenti pada tataran konsep dan omong kosong para pejabat publik. Yang paling aktual adalah gagasan tentang pendidikan karakter dan budaya bangsa yang telah disosialisasikan melalui berbagai kegiatan workshop, pelatihan-pelatihan pada para guru dan kepala sekolah dan tentu saja memakan anggaran kemendiknas yang luar biasa besarnya, kebanyakan berakhir dilaci-laci meja guru.