CITRA POLRI KITA SEPERTI MANTAN PACAR; DICINTAI SEKALIGUS DIMAKI

Percayalah polisi itu seperti mantan pacar kita. Dibenci sekaligus dirindukan. Dipuji sekaligus dihujat. Dicintai sekaligus dimaki. Polisi itu hebat di urusan kriminal dan terorisme tapi lemah diurusan duit. Hebat, karena dalam kasus kasus yang paling ekstrem seperti kasus pembunuhan mutilasi dan pembunuhan berantai, Polisi sanggup mengungkap sampai detail seperti kasus Babe dan banyak kasus lainnya. Apalagi urusan terorisme, Densus 88, yang sampai hari ini merupakan divisi yang paling bersih dan berwibawa ditubuh POLRI, kehebatan dan sikap heroik mereka tak diragukan lagi (banyak murid-murid saya mengidolakan menjadi anggota Densus 88). Bahkan urusan kriminal dunia maya, sekarang jangan coba-coba, polisi sudah tidak gaptek lagi.

Gambar dikutip dari : Metro TV, 22 Maret 2010


Tapi kalau urusan duit lain lagi ceritanya. Polisi dijalan raya yang membuat wajah polri sampai saat ini sulit dibersihkan dari pandangan negatif masyarakat. Kasus Susno Duaji melawan jenderal-jenderal ditubuh Polri menunjukkan bahwa urusan duit selalu menimbulkan masalah-masalah didalam tubuh Polri.
Belum habis ingatan kita tentang Susno di DPR yang menangis dan bersumpah segala bahwa ia tidak menerima uang sepersen pun dari Pengusaha Budi Sampoerna. Sekarang justru Susno menuduh rekan-rekan sesama jenderal sebagai makelar kasus yang ujung-ujungnya tetap urusan duit. Siapa yang benar ? hanya Susno dan Para Jenderal Polisi itu sendiri yang tahu. Tapi dari kasus itu menunjukkan ada yang tidak beres ditubuh POLRI.

POLRI ORGANISASI YANG PALING GEMUK
Barangkali lembaga pemerintah yang paling gemuk adalah POLRI. Ini karena besarnya tugas dan tanggung jawab yang harus diemban. Dari urusan nangkap maling, pembunuhan, urusan kendaraan bermotor, ngurusi SIM, urusan pengawalan dan pengamanan ujian nasional, mengendalikan fanatisme suporter sepakbola, terorisme, perlawanan sparatisme, mendamaikan masyarakat yang bertikai, demonstran yang sering anarkis sampai memburu koruptor.
Beban pekerjaan yang begitu besar membuat seorang pimpinan sekelas Kapolri sekarang justru kesulitan mengendalikan perilaku anak buahnya yang sering berseberangan dan saling menyerang satu sama lain. Tidak ada sebuah organisasi pemerintah yang begitu terbuka dan saling serang antar pimpinan selain POLRI. Berseberangan dalam sebuah organisasi adalah hal wajar. Sangat menjadi tidak wajar ketika masalah itu mencuat dan menjadi konsumsi publik. Akibatnya mereka saling membela diri. Sehingga yang terbaca dimasyarakat adalah bau busuk yang menyengat itu diperebutkan oleh orang-orang yang sebesarnya sama busuknya.
Berangkat dari ketika polisi dipisahkan dari induknya yaitu ABRI diera reformasi

Gambar dikutip dari TV One, 22 Maret 2010

Sementara, TNI kita dikandangkan dan dimasukkan ke barak tanpa banyak kewenangan lagi selain antisipasi keamanan dari ancaman negara luar. Tugas tugas TNI dibidang lain diera Orde Baru telah diambil alih oleh Polisi seperti urusan sparatisme dan terorisme. Polisi dengan organisasi yang masih muda harus berdiri sendiri, akan selalu mendapat hempasan cobaan baik dari dalam tubuh polri maupun dari luar.
Citra polisi dihitung hari. Hari ini polisi disanjung dan dihormati karena prestasinya besuk dihujat dan dimaki karena urusan intern ditubuhnya. Hari itu Kapolri tersenyum bangga karena keberhasilannya menangkap terorisme besuknya menghiba di DPR karena citra POLRI berada dititik nadir seperti kasus “cicak lawan buaya”. Baru kemarin, rakyat membanggakan polisi karena mampu membunuh Dulmatin cs hari ini para jenderal bertengkar dan dicibirkan rakyat.
Hal ini diperparah dengan kecenderungan polri kita yang selalu defensif ketika menghadapi persoalan intern. Jarang sekali terungkap akar persoalan yang menyebabkan tubuh polri oleng dan terkadang hampir rubuh. Maka jika polisi ingin memperbaiki citranya, yang harus dilakukan adalah setiap persoalan sekecil apapun ditubuh organisasinya harus dicari akar permasalahan tanpa perlu banyak defensif dan mencari-cari alasan membela diri. Tidak ada bau busuk menyengat kalau tidak ada bangkainya. Maka yang harus dicari adalah bangkainya juga, jangan hanya mencari siapa yang membuang bangkai itu saja.

0 comments:

Post a Comment