FENOMENA PONARI

FENOMENA PONARI :
DUKUN TIBAN DAN IRASIONALITAS MASYARAKAT KITA

Ketika itu pukul 01.30 dini hari (Sabtu, 14-02-2009), saat saya masih harus menyelesaikan editing video sebuah acara, (maklum sebagai guru, saya harus mencari cara lain untuk bertahan hidup yang lebih layak), 6 orang datang kerumah dengan diantar seorang
Sumber ANTV : Ponari di gendong

tetangga saya. Mereka adalah rombongan dari Palembang, Sumatera. (Nampaknya tetangga saya paham betul bahwa dijam itu saya belum tidur sebab masih mengerjakan editing video, yang tidak mungkin saya lakukan di jam-jam kerja). Mereka berombongan membawa mobil sendiri menurut mereka, mereka adalah kelompok transmigrasi asal Jawa diperkebunan kelapa sawit, yang sempat booming harga CPO ditahun 2008. Intinya, mereka meminta bantuan saya untuk mencetak foto dari HP. Ketika saya lihat merek Hp dan tipenya, yang saya perkirakan harganya diatas 6 jutaan, serta mobil yang dipakainya, saya berpikir mereka adalah sebagian kecil cerita kesuksesan transmigran asal Jawa yang memperoleh keberuntungan dengan kenaikan harga CPO dunia yang gila-gilaan di pertengahan tahun 2008. Yang jelas mereka bukanlah orang miskin !.
Saya tanya kepada mereka, untuk apa foto HP ?. Jawabnya sederhana ; berobat ke Ponari. Foto itu nanti dimasukkan dalam gelas kemudian diberi air dan dicelupi batu “ajaib” Ponari, kata mereka. Bukankah pengobatan Ponari ditutup oleh pihak berwenang ?. tanya saya lagi. Mereka menjawab bahwa besuk hari sabtu (14-02-2009) pengobatan akan dibuka kembali. Hari ini harus antre sebab menurut informasi keponakan yang sedang ada di Jombang bahwa akan ada rombongan sekitar 4 ribu orang dari Malaysia yang akan berobat. Jadi sebelum jam 3 pagi sudah harus antre.
Sambil melakukan proses transfer bluethooth HP ke laptop sampai pada cetak selesai, saya berdialog dengan mer

Foto : "Antrian di rumah Ponari" (sumber : ANTV)

eka. Tentang alasan mereka berobat, dan saya mencoba memahami jalan pikiran mereka. Saya tetap pada sebuah sisi gelap yang sulit saya pahami ; bagaimana mungkin, orang mau menempuh perjalanan lebih dari 1.000 kilometer hanya untuk berobat pada sesuatu yang tidak logis dan masuk akal, sebuah batu, yang asal usulnya pun masih menyisakan pertanyaan ?. Apakah ini bentuk keputusasaan, kebodohan, atau irasionalitas masyarakat kita yang masih kuat ?.


PONARI : DUKUN TIBAN
Dukun “tiban” merupakan fenomena yang sering ditemui di masyarakat Jawa Timur dari jaman dulu hingga sekarang. Biasanya, dukun tiban kemunculannya tiba-tiba dan berlangsung tidak lama, ketika orang mulai menyadari bahwa kemampuan sebagai dukun diperoleh secara mendadak dan cerita kesuksesannya menyebar secepat pola penyebaran virus dan tak lama kemudian kemampuan itu menghilang seiring dengan perjalanan waktu. Maka saat itu, dukun tiban akan kehilangan daya magisnya dan ia menjadi masyarakat biasa tanpa kemampuan lebih.
Berbeda dengan dukun pada umumnya, dimana untuk mendapat status dukun harus menjalani berbagai ritual mistik atau persekutuan dengan alam gaib. Dukun tiban hanya membutuhkan sebuah keajaiban tanpa perlu “nglakoni” ritual apapun. Kata “tiban” berarti tiba-tiba menjadi sesuatu. Dukun tiban berarti seorang menjadi dukun secara tiba-tiba oleh sebuah kejadian.


Dalam pengertian orang jawa, Ponari adalah dukun tiban. Maka pada waktu yang tidak terlalu lama ia akan kembali seperti sedia kala. Seorang anak desa tanpa kemampuan supranatural lagi. Seorang anak desa yang ingin sekolah, bermain hujan-hujanan, layangan, mencari ikan disungai. Seorang anak desa yang memiliki impian-impian. Seorang anak keluarga miskin yang berjuang hidup dengan kemuliaan dan semangat yang tidak pernah terbayangkan oleh mereka yang belum pernah merasakan arti kemiskinan sesungguhnya. Barangkali ini adalah takdir yang harus dijalani oleh siapapun yang menjadi “dukun tiban”.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan praktek perdukunan masih kuat dimasyarakat Jawa tradisional diantaranya ;
kemiskinan dan kebodohan
irasionalitas masyarakat jawa yang masih kuat
palayanan kesehatan yang masih mahal dan tidak terjangkau masyarakat miskin
Salah pemahaman terhadap konsep agama
Institusi pemerintah yang mempertahankan praktek perdukunan


Foto : Media penyembuhan PONARI (Sumber ANTV)

KEMISKINAN
Karena jarak desa saya dengan Megaluh Jombang, tempat tinggal Ponari tidak lebih berjarak 25 km maka beberapa orang yang sakit mencoba berobat kesana. Ada tiga orang tetangga dekat saya yang sakit dan berobat kesana, ketiganya telah meninggal dunia 3-5 hari yang lalu saat saya menulis artikel ini (Selasa, 17 Februari 2009). Mereka adalah pasien Ponari yang tidak mendapat akses perawatan kesehatan dirumah sakit karena miskin. Mereka telah meninggal dunia. Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan Ponari. Ponari adalah sebuah fenomena yang mewakili keberadaan orang miskin.
Masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia umumnya berada dalam kondisi ekonomi piramida. Pada lapisan bawah, yang paling banyak adalah kelompok masyarakat miskin. Sedangkan pada posisi ekstrem, hanya sebagian kecil yang berada dipuncak piramida adalah kelompok elit yang secara ekonomi mapan. Kelompok terakhir ini terdiri dari pengusaha, para politisi (tentu saja para koruptor masuk dalam kelompok ini), artis, pejabat pemerintah.
Ironisnya, kelompok masyarakat miskin paling banyak berada didesa. Program pemerintah seperti BLT / Bantuan Langsung Tunai, proyek padat karya, PNPM Mandiri, Bantuan Operasional Sekolah, pemberian Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) dan berbagai program pedesaan lainnya, belum mampu mengubah struktur ekonomi piramida ini. Idealnya adalah struktur ekonomi piramida terbalik. Dimana masyarakat miskin jumlahnya lebih sedikit dari masyarakat kelompok yang mapan. Apa yang salah dengan pembangunan di negeri ini ?. Ada tiga pilar sebuah bangsa yang ingin melepaskan dari lingkaran kemiskinan yaitu kesehatan masyarakat yang terjamin, akses pendidikan bagi semua orang kejenjang yang lebih tinggi, adanya jaminan keamanan dari pemerintah. Sejauh mana pemerintah memperhatikan secara sangat serius terhadap ketiga pilar itu ?.
Ketika akses kesehatan tidak mudah diperoleh oleh orang miskin. Ada ungkapan sinis, “jangan sakit bila jadi orang miskin”. Meskipun tidak semua orang yang berobat ke Ponari adalah orang miskin, paling tidak mereka yang miskin jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang secara ekonomi mampu.
Sementara disisi lain, Pemerintah Jawa Timur, misalnya ditahun 2008 sampai awal 2009, telah menghabiskan anggaran lebih dari 1 trilyun rupiah hanya untuk sebuah item pembangunan yaitu pemilihan gubernur dan wakil gubernur. Hermawan Sulistyo bahkan menyebut angka sekitar 2 trilyun rupiah lebih, uang dihambur-hamburkan untuk proses pemilihan gubernur dan wakil gubernur yang melalui 3 tahapan pemilihan. Sedangkan PAD Jawa Timur hanya 5 trilyun. Jadi hampir separoh anggaran dibuang untuk sebuah demokrasi yang belum matang. Yang kalah tetap saja ngotot tidak mau mengakui kekalahannya. Untungnya, masyarakat Jawa Timur jauh lebih matang dalam berdemokrasi ketimbang para politisinya itu sendiri. Sehingga yang terjadi adalah pergulatan segelintir politisi yang memperebutkan kursi orang nomor satu di jawa timur, tidak sampai ke akar rumput. Kata orang-orang didesa saya yang mengomentari pergulatan Pilgub Jatim 2008. “Mosok rek, kalah karo wong ndeso Damarwulan. Neng kene pilihan lurah sing calone 8 ora ono sing ngotot njaluk menang. Sing kalah sakolo sumeleh. La kok, Cabug jatim kok eker-ekeran njaluk menang. Padahal wonge lak pinter-pinter, sugih bondo, Sarjana pisan. Duwit sing gae pilihan gubernur iku lak duwite rakyat. Ora duwite mbahmu !”.


Dok. PPS Damarwulan "Pilkada Jatim 1" Dok. PPS Damarwulan Pilkada 1 Jatim

Bisa dibayangkan seandainya separoh uang yang dipakai pemilihan gubernur digunakan untuk memelihara dan membiayai kesehatan masyarakat, barangkali tidak ada cerita ; orang sakit tidak mampu berobat kerumah sakit. Barangkali praktek-praktek dukun tiban akan berhenti karena kehilangan daya magnetnya.
Disebabkan yang masih menyuburkan praktek perdukunan adalah masyarakat miskin, maka upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan melalui perencanaan pembangunan yang matang dengan disertai visi dan misi bangsa yang kuat, kemana arah bangsa ini mau dibawa ?. Sayangnya, negeri ini tidak mempunyai pemimpin yang memiliki visi dan misi yang kuat terhadap arah masa depan bangsa ini. Dalam jangka panjang, salah satu yang dapat mencabut kemiskinan dari belenggu masyarakat adalah dengan memberi kesempatan pendidikan yang tinggi pada semua lapisan masyarakat. Pendidikan yang tinggi akan mampu melepaskan dari jeratan kemiskinan. Inilah sebabnya, India, negara yang notebene memiliki kesamaan dalam kompleksitas permasalahan dengan negara kita, mampu menjadi “macan Asia” dengan tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 9 %. Sebuah angka yang sangat fantastis bagi negara yang berkembang. Dari Presiden sampai lembaga peradilan di Negeri itu memiliki visi yang kuat untuk membawa masyarakatnya kearah pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat putus sekolah harus ditekan serendah mungkin khususnya ditingkat pendidikan dasar. Menurut Profesor Jamia Millia Islamia Ny Kum Kum Dewan dari India : Bila anak putus sekolah di kelas empat atau lima , apa yang bisa diperbuat untuk masa depannya?”.



IRASIONALITAS MASYARAKAT
Bawaan dasar masyarakat tradisional adalah konsep hidup yang dilingkupi irasionalitas. Kebalikannya dengan masyarakat modern yang menjunjung tinggi rasionalitas dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan, masyarakat tradisional menggunakan cara-cara yang tidak masuk akal. Ketika mereka mengalami kesulitan hidup atau masalah, mereka lebih suka menggunakan media dukun, kyai, pendeta, jimat, batu-batu, menyembah kuburan dll, untuk memecahkan masalahnya.
Ingat sebuah iklan di Televisi “anda tidak cocok kerja di air, anda cocoknya kerja jadi pedagang !”. Iklan premium call ini laris manis. Larisnya iklan premium call di Televisi yang menawarkan berbagai metode perdukunan untuk membantu seseorang menunjukkan bahwa masih kuat sekali pengaruh perdukunan dimasyarakat.
Masyarakat Indonesia terbelah menjadi dua sisi yang tidak berimbang. Sisi terbesar adalah masyarakat irasional yang diwakili oleh kelompok miskin, berpendidikan rendah atau bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan, akses ke birokrasi sangat lemah.
Sisi terkecil masyarakat rasional diwakili kelompok masyarakat berpendidikan tinggi, memiliki penghasilan yang layak. Kelompok terakhir inilah yang selama ini mampu menikmati semua hasil pembangunan dinegeri kita. Bisa menggunakan mobil pribadi dengan bahan bakar yang masih disubsidi pemerintah. Menikmati penghasilan dari pajak yang dipungut bahkan sampai pada rakyat kecil. Sekalipun mereka tidak pantas mendapat subsidi, toh, kelompok ini mampu menekan pemerintah yang berkuasa untuk tetap memberi mereka fasilitas subsidi bahan bakar. Meskipun mereka jumlahnya tidak besar, merekalah yang mengatur negeri ini. Ketika harga beras melonjak tinggi dipasaran internasional, mereka menuntut untuk diturunkan. Padahal harga beras yang tinggi, meningkatkan daya beli masyarakat pedesaan yang mayoritas petani miskin. Tapi ketika harga beras sangat rendah, mereka diam saja. Ketika bensin naik, kelompok yang paling lantang menyuarakan penurunan harga BBM adalah mereka. Kelompok kecil ini, memang menguasai hampir seluruh denyut nadi kehidupan Indonesia. Sayangnya, mereka hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri. Contohnya, ketika masyarakat miskin mendapat BLT yang jumlahnya cuman 200 ribu sebulan, maka berbagai hujatan ditimpakan kepada masyarakat miskin. Yang menjadikan masyarakat pemalas, peminta-minta, tidak mendidik dan berbagai hujatan lain ditimpakan kepada kelompok miskin. Tapi inilah Indonesia. Negeri yang kita cintai. Negeri dimana koruptor masih dapat enak menikmati hasilnya dan membuat KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Indonesia dibuat kewalahan. Jarene wong jowo “ndase ditugel, buntute isih nggolek urip dhewe-dhewe”.

CARI VIDEOKU DI YOUTUBE

Kalau mau melihat sebagian videoku dapat diakses di youtube ;

1. teman-teman GTT yang demo di Jakarta ; jadi ingat waktu jadi GTT dulu.....!
1.1 Penjelasan SEKMENPAN
http://www.youtube.com/watch?v=V8ZPPu1lQ7U

1.2 Slide video Demo GTT di Jakarta ;
http://www.youtube.com/watch?v=w2VwOMEIL0w

2. Pelepasan siswa kelas 9 di SMPN 1 Kasembon Malang ;
2.1 http://www.youtube.com/watch?v=KbMIegQ64ws

2.2 Bu Rovi lagi menyanyi ;
http://www.youtube.com/watch?v=98ODQ49_YMI

3. Teman-teman kerjaku ;
http://www.youtube.com/watch?v=n62ylVZTvDc

PUISI-PUISI KESENDIRIAN

Puisi-puisi kesendirian ini merupakan hasil perenungan selama tahun 1990 - 1994 ketika masih belajar disurabaya.

KETIKA KAU BERDIRI DIDEPAN PINTU

Ketika kau berdiri didepan pintu
Tapi sebagai bidadari yang patah sayapnya
Menghiba sendirian
Kemarilah, disudut rumah tua itu ada telaga bening
Yang akan membasuh luka-luka kemarin

Tapi jangan kau tancapkan lagi belati
Sebab perih ini masih membiru
Sebab telah kubuang dukaku
Bersama malam dan keheningan

Dan kau tiba mengusik kehampaan yang kau ciptakan sendiri
Akankah kau lantakkan jiwa yang telah membatu ini ?
Sedang aku disini masih menunggu hujan reda
Barangkali masih tersisa
Surabaya 1990-1992


APA YANG KAU PAHAMI
Apa yang kau pahami dari bau tanah
Sisa hujan semalam
Gemeretak daun-daun jatuh
Atau perasaan yang menggigil diluar sana
Ataukah kepastian-kepastian bahwa kita butuh kawan
Yang memberi bayang-bayang
(diluar jendela aku menangkap rintihan malam :
The day alone ah, to be alonely……….)
Surabaya, 1992


Kesedihan melahirkan Jiwa Perkasa

Dalam resah jiwa merangkak
Membuka pintu-pintu hari sendirian
Kesepian ini menjadi abadi karenamu

Aku membaca mimpi dari kejadian lewat
Rasanya ingin mengulangnya dan lagi
Lebih dalam terhempas keharibaanmu
Sebelum subuh membunuh mimpiku

Sekali-kali jangan tampik aku masuk rumah jiwamu
Sebab kekasih adalah bumi yang dibangun dari gunung
Dan air mata
Lalu kesedihan melahirkan jiwa perkasa

Surabaya, 1990

SAJAK PEREMPUAN

Lama aku mengejar kabut
Dikedinginan menggigil kupanggil perempuan itu
Yang pernah menusuk kepedihan dan memberi hari-hari bahagia
Hingga dalam hujan begini
Aku sendirian basah kuyup
Oleh harum kembang setaman
Yang mekar dimusim lalu
Sisanya kunikmati hari ini
Sekedar melepas rindu atau harapan-harapan
Akan tiba dimana aku dapat mengikuti jejak matahari

Duh, seandainya aku bisa membalik detak jam
Maka biarlah waktu kembali kemasa lalu
Kau dan aku menyisir jalan-jalan kota
Yang hiruk pikuk dengan gelora batin hampa

Adakah makna setiap kata lebih dari embun pagi
Ataukah setiap peristiwa adalah jeritan batin yang lemah
Dan kutangkap isyarat dari sorot matamu
Sebagai kebenaran dalam kebisuan ini ?

Surabaya, Maret 1994